GURU harus makin
berinovasi. Bebas berkreasi dalam mengajar. Guru harus mengutamakan kebutuhan
siswa dan pembelajaran. Dengan begitu, akan terwujud kemerdekaan belajar.
Berikut wawancara wartawan Jawa Pos Agas Putra Hartanto bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim pada hari Selasa, 26
November 2019.
Isi pidato Anda soal guru
belakangan menjadi viral. Apa maksud dan tujuan pidato yang Anda sampaikan?
Hari Guru Nasional itu suatu hari
yang sangat bermakna. Sebab, tak ada artinya apa pun reformasi pendidikan tanpa
pergerakan guru. Ada dua poin penting. Kesatu adalah merdeka belajar; kedua
adalah guru penggerak.
Banyak orang yang mengira bahwa
reformasi dan peningkatan kualitas pendidikan itu suatu hal yang dilakukan
pemerintah saja atau berdasar kurikulum saja, kebijakan maupun anggaran. Saya
di sini untuk bilang bahwa dampaknya sangat kecil dibanding ini menjadi
gerakan. Gerakan di tiap-tiap sekolah. Gerakan untuk yang namanya guru
penggerak.
Apa itu maksudnya merdeka
belajar?
Unit pendidikan, yaitu sekolah,
guru, dan murid, punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk
belajar dengan mandiri dan kreatif. Memberikan ruang inovasi kepada para guru.
Saya sadar bahwa tidak bisa hanya meminta atau mengajak para guru melakukan
itu. Ini adalah pekerjaan rumah besar Kemendikbud dan juga dinas pendidikan di
daerah.
Lalu apa yang dimaksud guru penggerak?
Guru penggerak ini beda dengan
yang lain. Dan saya yakin di semua unit pendidikan, baik di sekolah maupun
universitas, ada itu paling tidak satu guru penggerak. Guru penggerak itu guru
yang mengutamakan muridnya dan pembelajaran dari apa pun. Dari karirnya pun.
Guru yang akan mengambil tindakan-tindakan tanpa disuruh, tanpa diperintah
untuk melakukan yang terbaik bagi muridnya. Itu guru penggerak. Bahkan, ada
yang namanya orang tua penggerak. Itu juga falsafahnya sama. Yang terbaik untuk
anak.
Bagaimana pemerintah itu bisa
membantu memerdekakan para guru penggerak?
Guru penggerak diharapkan mampu
melakukan berbagai macam inovasi. Dan ingat, tidak semua inovasi itu harus
sukses. Itu kuncinya. Banyak dari inovasi yang banyak kita coba mungkin tidak
terlalu berhasil, tapi terus mencoba apa yang pas untuk sekolah untuk
lingkungan kita. Nah, itulah yang harus pemerintah perhatikan dan dukung.
Berapa guru penggerak yang nanti
dibentuk?
Saya belum tahu jumlahnya,
tergantung ada berapa sekolah atau daerah yang siap maju dan bergerak ya.
Paling tidak kalau di sekolah ada satu harapannya. Dengan estimasi misal
minimal jumlah sekolah 250 ribu. Kalau bisa didapatkan lima tahun ke depan.
Tapi, ini tidak akan cepat. Mereka harus menyadari dulu apa sih peran penggerak
dan kita harus membantu mereka.
Kedua, dari sisi regulasi dan
birokrasi harus kita bantu juga. Pekerjaan rumah kami itu banyak. Apa saja
aturan regulasi dan kebijakan yang mungkin menghambat guru untuk memberikan
inovasi dan ruang gerak akan kami pangkas. (*/c9/agm)
Sumber : Jawa Pos, Edisi Rabu, 27
November 2019.
Komentar
Posting Komentar